Tuesday, May 22, 2007

HINDU yang membumi

Hindu yang membumi dan…..tenggelam

Setiap negara menempuh suksesi spiritualnya. Layajnya seorang manusia atau sebuah organisme, setiap negara akan mencari bentuknya sendiri-sendiri tidak trekecuali bentuk keyakinannya. Kalau saat ini kita menyebut sebagai bentuk final, maka beberapa negara telah menemukan bentuk keyakinannya. Negara-negara timur tengah dengan kayakinan islamnya, benua india dengan keyakinan hindu,negara chinna dengan keyakinan buddhanya, serta negara-negara eropa dan amerika dengan kayakinann nasraninya.

India pernah menempuh suksesi spriritual yang diawali dari sebuah masyrakat pengikut hindu. Saat itu memang belum ada alternatif agama yang lain (disamping hindu memberikan banyak alternatif jalan dalam satu nafas yaitu nafas hindu) yang dapat diambil oleh masayarakat. Tentu saja bentuk agama saat itu berbeda jauh dengan saat ini. Agama yang ada saat itu berupa sebuah jalan hidup. Weda yang memberikan sebuah ide jalan hidup, menjadi dasar gerak dinamika masyarakat india. Ritual susila dan tatwa, adalah 3 pilar dalam hindu. Dan akhirnya, sebagaimana sebuah suksesi akan terjadi diantara 3 pilar tersebut, ritual akhirnya menemukan bentuk terkuatnya. Persembahan besar-besaran menjadi tradisi yang sangat kuat dikalangan raja, dan tantu saja diikuti oleh rakyatnya. Dimenensi moral hampir-hampir menjadi bagian yang berbeda dalam soal beragama. Tingkat kesraddhaan di hitung dari seberapa besar persembahan yang dilakukan. Tentu saja beberapa sisi seakan-akan hindu saat itu hanya berpihak pada pihak-pihak tertentu yang mamapu mengikuti gaya hidupnya. Muncullah gejolak-gejolak dalam kehidupan. Muncul seorang budha yang mulai mempertanyakan “penyimpangan” tersebut dan mulai membawa perubahan yang sangat signifikan dalan kehidupan masyarakat hindia. Pengikut sang budha bertambah banyak dan bahkan seluruh benua india menjadi pengikut buddha yang lebih menutamakan dimensi humanisme dalam beragama. Kesadaran diri terhadap moralitas beragama menjadi titiki tekan. Orang mulai meinggalkan kehidupan dengan banyak persembahan. Persembahan korban sapi secara besar-besaran mulai ditinggalkan.

Kalau banyak orang percaya bahwa munculnya buddha sebagai skenario dari Tuhan, untuk membersihkan hindu dari praktik yang menyimpang. Muncullah aji sangkara untuk mengembalikan pada kemurnian ajaran hindu. Melalui perjalan panjang keseluruh india, melakukan debat dengan banyak tokoh dan masyarakat. Akhirnya india kembali kepangkuan jalan hidup hindu sampai saat ini. Anda pasti sudah biasa mendengar india sebagai benua vegetarian, benua penuh petapa, penuh kuil, benua dengan penghormatan kepada orang tua seperti yang terlihat dalam film-film india.

Berbekal dengan ideal sebuah jalan hidup hindu, saya mencoba menjalani kehidupan kehinduan saya dengan lebih bermakna. Prinsip-prinsip yang saya anggap benar mencoa saya realisasikan dalam hidup sehari-hari, walau satu demi satu. Kehisupan di negeri ranau memberika dorongan begitu kuat untuk menjadi orang yang ber-hindu. Norma-norma yang tercermin dalam masyarakat juga ikut membentuk dan mendorong diri saya.

Saat kebali, benar-benar rimba cobaan. Rwabhinneda kehidupan saya temukan dengan jelas terpampang didepan mata. Dorngan dari masyarakat untuk menjadi orang ber-hindu (bukan hanya tampil seperti orang hindu) begitu kecil saya temukan kalau tidak boleh dibilang nihil. Karena apa???

Kehidupan penuh nilai hindu seakan-akan menjadi gaya hidup yang terkucil. Gaya hidup tersebut seakan-akan tidak mendapat tempat di hati masyarakat.

Kalau memang gaya hidup penuh korupsi dan suap, kenapa setiap mengurus sesuatu ke birokrasi atau sejenisnya yang ada di dalam fikiran kita selalu ingat hal itu?uang ekstra harus disiapkan, karena korupsi dan suap sudah terintegrasi kedlam prosedur atau sudah bersublimasi menjadi kata-kata uang lelah atau uang terimakasih? Dimana nilai hindu?

Kalau benar hindu mengajarkan begitu terhormatnya posisi orang tua, kenapa banyak orang tua yang merasa menjadi orang yang tidak berdaya menghadapi anaknya sendiri ?

Kalau benar ajaran sad ripu adalah ajaran bukan hafalan, kenapa kehidupan kaum remaja dan pemuda penuh dengan kehidupan sek bebas, dan mabuk?

Dan banyak lagi paranoid yang terjadi dimasyarakat yang kalau dirinci hanya bikin kita mengelus dada. Semoga anda juga akan mngelus dada mendengar hal ini.

Sebenarnya kejadian yang terjadi akhir0-akhir ini adalah akumulasi dari sekian banyak penyimpangan kecil yang kita buat dan akhirnya menjadi garis utama kehidupan yang susah dibelokkan. Kita tidak berusaha menjauhkan anak-anak dari lingkran minuman keras. Kalau dengan anjuran tidak mampu menjauhkan mereka, kenapa kita hanya berhenti hanya pada anjuran ? akhirnya minuman keras menjadi tradisi di setiap perayaan hari khusus.

Kita tidak benar-benar melindungi perilaku anak muda kita dari pergaulan bebas. Dimasyarakat kehidupan bebas adalah hal biasa dan kita akan cenderung malu untuk memperingatkan perilaku tersebut…karena itulah (katanya) trend jaman. Perilaku pribadi sudah menjadi tanggungjawab peribadi masing-masing….masyarakat individualis? Di tangah masyarakat timur ?

Namun kita tidak dapat berfikir partial bahwa penomena itu terjadi hanya karena satu atau dua faktor saja. Dan akan sangat memeras otak untuk menelusuri sejarah masyarakat yang telah berubah yang tentu merupakan puncak es dari perubahan tiap individu.

Atmosfer kahidupan yang lebih beradab harus diciptakan. Suasana kehidupan yang lebih melihat manusia dari sisi hakekatnya harus lebih diprioritaskan.

Anda pasti setuju kalau perubahan yang paling dahsyat terjadi apabila sentuhan itu menyentuh sisi kemanusiaannya. Seorang pemabuk tidak dapat disadarkan hanya karena alasan kesehatan semata, disaat dia membutuhkan perhatian dari lingkungan. Dan ia dapatkan dari teman-temannya disaat mengelilingi botol-botol minuman keras.

Perilaku bebas tidak dapat dicegah hanya dengan mengagung-agungkan aturan jam kunjungan ataupun norma-norma masyarakat. Seseorang tidak dapat diberikan benteng yang kuat dari pergaulan bebas kalau dia tidak di sadarkan hakekat dirinya sebagai makhluk beradap yang (maaf) tentu lebih tinggi dari binatang yang hidup karean insting.

Perubahan sosial dalam masyarakat akan lambat pergerakannya jika tidak dilakukan di tiap unit-unit komunitas masyarakat. Keluarga mempunyai tanggungjawab yang besar atas kehidupan anggota keluarganya. Masayarakat umum memiliki tanggung jawab yang lebih besar terhadap orang-orang yang memiliki permasalahan yang tidak bisa di dinginkan dalam keluarga ataupun yang terbuang karena tidak memiliki keluarga.

Tentu saja pendekatan-pendekatan yang lebih memanusiakan manusia hanya bisa dilakukan oleh orang yang memiliki kesadaran terlebih dahulu, sadar akan tanggungjawabnya sebagai manusia terhadap siri sendiri , keluarga dan masyarakat.

Tanggungjawab orang-orang yang didadanya sesak melihat penomena diatas untuk mengambil tindaka-tindakan nyata untuk mencoba menciptakan suatu institusi, sistem, komunitas, entah apapun namanya untuk memberikan ruang bagi upaya-upaya penyadaran menjadi lebh bertenaga. KMHDI, PERADAH INDONESIA, PHI, PHDI, DESA PAKRAMAN, KOS KOSAN, SEKOLAH-SEKOLAH, KELOMPOK TANI NELAYAN, KOPERASI, BUMN dan semua yang memiliki anggota lebih dari 1 orang, lakukan usha penyadaran ini setiap saat. Semoga gerakan penyadran ini dapat menjadi bola salju yang kian hari kina membesar.

Tentu yang mengetahui perjalanan kehidupan spiritual benua india, akan mengetahui “suksesi spiritual” yang dialaminya. India pernah jaya dengan kehinduannya. Setiap aspek kehidupannya bernafaskan kehinduan. Dewa saat itu begitu dekat dengan masyarakat, sehingga doa dan permintaan akan hal-hal spiritual dan materi begitu mudah dikomunikasikan dengan dewa.

Karena keyaikinan akan kebaikan para dewa, maka sarana persembahan sebagai jalan untuk meminta sesuatu menjadi jalan yang penting dilakukan. Persembahan makin besar untuk sebuah niatan yang lebih besar, dan tentu saja diikuti oleh banyak orang karen dianggap jalan prktis.

Akhirnya persembahan makin menjadi inti bagi pemeluk hindu…sampai-sampai moralitas di ukur dari ketaatan mereka dalam mempersembahkan sesuatu kepada dewa. Dimensi horisontal (susila) menjadi bagian kecil dari aspek ajaran hindu.

Saat kehidupan sudah tidak imbang, muncul seorang resi, rasul yaitu sang buddha untuk mempertanyakan hakekat hindu ketika di

No comments: